
Eco Tourism: Natural Biodiversity
Author: Michael Arief Gunawan
Created: Tuesday, 05 Jul 2022
Updated: -

Nurdin Razak founder dari Indonesia Ecotourism Institute sharing mengenai pariwisata berbasis taman wisata alam (conservation park) dimana flora & fauna dilestarikan dan menjadi daya tarik utama untuk wisatawan.
Dengan 20+ tahun pengalaman di bidang ecotourism, Nurdin sudah memberikan pengajaran ke berbagai instansi mulai dari universitas sampai dengan pemerintah, swasta dan komunitas. Topik sharing kali ini adalah salah satu bagian dari kurikulumnya yang berjudul: Passion & Devotion.
Passion & Devotion (Hasrat & Pengabdian)
Nurdin melihat bahwa ecotourism bukan lagi suatu keinginan, tetapi sudah menjadi kebutuhan terutama karena berbagai isu seperti pencemaran lingkungan, tergerusnya budaya lokal, dan meningkatnya lagi tingkat kemiskinan sejak covid.
Dengan pengalaman mengajar sebagai dosen di suatu perguruan tinggi, dia kecewa melihat sistem pendidikan yang tidak berhasil dalam memberikan mahasiswa keahlian yang dapat dipakai untuk berkarya secara berkelanjutan di bidang pariwisata. Karena itu didirikanlah Indonesian Ecotourism Institute.
Perjalanan Nurdin dimulai dari tahun 2003 ketika mengunjungi Taman Nasional Baluran dari Surabaya mengendarai motor. Selama 10 tahun tersebut juga mengasah kemampuan fotografi flora & fauna, beserta dipercayai menangani taman nasional ini yang luasnya sekitar 29,000 hektar.
Salah satu turning point terbesar dalam hidup Nurdin terjadi pada tahun 2013, dimana dia memutuskan untuk mengikuti passion nya dengan membeli suatu rumah di desa Wonorejo dan mengubahnya menjadi Baloeran Eco Lodge (penginapan alam), dan membatalkan pergi kuliah S3 di Leeds University, UK. Karena dengan pergi ke Inggris selama 3-4 tahun, dia merasa akan kehilangan interaksi dan hubungan yang sudah dijalin erat dengan komunitas lokal.
Satu setengah tahun setelah membeli rumah nya, tidak ada yang menginap sama sekali. Ini membuatnya sangat stress, terutama dia harus meminjam uang dari bank untuk membelinya. Pantang menyerah, Nurdin memutuskan untuk mulai sharing kepada masyarakat luas mengenai kegiatannya di taman nasional, dan ini menarik perhatian berbagai pihak, termasuk media masa. Disini dia sadar pentingnya memiliki suatu portfolio, tidak hanya pendidikan semata.
Setelah 2 tahun akhirnya usahanya terbayarkan, di tahun 2015 seorang penulis pariwisata ternama di Eropa (Stefan Loose) menulis mengenai Baloeran Eco Lodge. Ini sangat membanggakan karena berhasil mengangkat desa Wonorejo ke panggung internasional. Dan sejak itu, terpampang di Trip Advisor dengan review yang sangat positif, dan Nurdin bahkan diundang ke talkshow CNN: Insight with Desi Anwar. Ini tidak hanya menguntungkan eco lodge saja, tetapi juga masyarakat setempat dengan dibangunnya berbagai toko yang sekarang ramai di sekelilingnya (multiplier effect).
Sociopreneurship
Dari pengalamannya disimpulkan bahwa kunci keberhasilan dari ecotourism adalah sociopreneurship. Bentuknya bisa dalam bentuk saling berbagi, sharing, partnership, kemitraan, dan kolaborasi. Bentuk kolaborasinya bisa dengan pemerintah, NGO, dan masyarakat sekitar untuk mencapai kesejahteraan bersama dan berkelanjutan.
Contohnya sewaktu Nurdin berbicara mengenai rencananya dalam mengurangi waktu anak-anak bermain gadget, sebuah NGO secara langsung memberikan USD 3,000 untuk membuat suatu perpustakaan agar anak-anak membangun kebiasaan membaca.
Pemburu menjadi Pemandu
Mungkin ada yang bertanya, apa yang membuat program ecotourism ini spesial? Salah satu hal kesuksesan yang berhasil dicapai Nurdin adalah merubah pola pikir pemburu hewan menjadi pemandu dengan penghasilan yang lebih banyak dan juga legal. Sukadi yang tadinya tidak percaya diri, sekarang sangat aktif dalam melestarikan hewan dan menikmati pekerjaan nya sebagai pemandu lebih dari 400 wisatawan lokal & mancanegara.
Dari total 552 Kawasan Konservasi di Indonesia yang terdiri dari: Kawasan Suaka Alam (Cagar Alam & Suaka Margasatwa) dan Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Wisata Alam, & Taman Hutan Raya), Nurdin juga telah membantu beberapa Taman Nasional.
Contohnya konflik gajah di Jambi yang masuk ke ranah pemukiman penduduk dan memakan banyak hasil perkebunan seperti sawit. Dengan memasang GPS collar (sistem tracking di leher gajah), Nurdin dapat memberitahu lokasi gajah sehingga dapat menyediakan paket fotografi yang harganya lebih mahal dari 1 hektar lahan yang dirusak. Para pemburu liar ini akhirnya tidak mengusik gajah dan aktif dalam melindungi mereka dengan tidak hanya menyediakan paket fotografi, dan bahkan menyediakan jajanan, kebun, dan pakey homestay sehingga wisatawan dapat menunggu sebelum gajah datang beberapa hari kemudian.
Contoh lainnya di Taman Nasional Manusela, dimana para pemburu kakaktua di Desa Masihulan & Sawai (Maluku) yang semalam bisa berburu sampai 100 ekor! Nurdin meyakinkan mereka untuk membuat paket fotografi yang harganya IDR 1.5 juta termasuk menikmati pemandangan dari ketinggian 45 meter.
Salah konsep unik yang diciptakan Nurdin adalah Foster Parent, dimana wisatawan akan mendapatkan liputan yang berkelanjutan mengenai dukungan yang mereka telah berikan. Contohnya Maleo Foster Parent & Tour, dimana di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Sulawesi Utara) para wisatawan dapat berkontribusi setiap bulannya untuk mendukung kesejahteraan burung Maleo yang sangat unik karena seperti amfibi mereka meletakan telurnya di dalam lubang.
Bayangkan seorang wisatawan dapat mengambil telur ini, menamakannya (seperti anak angkat = foster child), dan menanamnya di dalam lubang sekitar 30 cm. Dalam 60 hari, wisatawan ini akan mendapat update (kabaru terbaru) mengenai keadaan telur ini, dan setelah menetas anak burung ini langsung keluar dengan bulu yang lengkap dan segera dapat terbang, dan dia dapat menyaksikannya dari jarah jauh. Konsep ini mirip dengan Sponsor a Child dari World Vision.
Kemudian Nurdin menutup mengajak teman-teman peserta Event ideas Hackathon untuk mendukung projek: Jelajah Taman Nasional 2023, dengan menyelenggarakan event pendukung. Nurdin berencana mengunjungi 2 desa penyangga di setiap 12 taman nasional di Bali, Jawa, dan Lampung dalam rangka memberikan pelatihan GRATIS (7 hari) mengenai ecotourism sociopreneruship, sehingga mereka juga dapat menyukseskan ecotourism di desanya masing-masing dengan melestarikan flora dan fauna setempat.
Nurdin mengundang tidak hanya mahasiswa, tetapi perguruan tinggi mereka, dan juga NGO untuk mendukung gerakan ini dalam memastikan keberlanjutan taman nasional di Indonesia. Untuk detailsnya, silahkan tonton video recording.
Tulis komentar