
Local Wisdom: Empowering Indonesian Food Diversity
Author: Michael Arief Gunawan
Created: Wednesday, 29 Jun 2022
Updated: -

Pembicara kali ini adalah Bibong Widyarti yang sangat aktif di bidang pertanian organik & agroecology, yaitu topik di talk sebelumnya. Beliau sedang berada di Kecamatan Kajang di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan untuk melakukan penelitian mengenai jejak pangan di masyarakat adat.
Seperti yang dikatakan S. Swarsi, secara konseptual kearifan lokal adalah kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Dan Indonesia sebagai negara agraris, pangan merupakan bagian utama dari kearifan lokal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Pentingnya mempertahankan kearifan lokal dalam pangan
Belakangan ini lumayan marak berita mengenai Gula Aren (gula merah/brown sugar), yang ternyata tidak hanya mempunyai Glychemic Index (potensi peningkatan gula darah) lebih rendah dari gula putih, tetapi juga bernutrisi mineral. Diambil dari pohon yang tingginya 7-8 meter, dibutuhkan perjuangan untuk memanjatnya dengan cara yang diajarkan turun temurun. Karena itu harus dalam keadaan sehat fisik & mental (tidak marah) dan mengucapkan doa mohon perlindungan.
Bahkan cara membungkusnya pun menggunakan daun setempat dan dimasak dengan kayu cara alami. Apabila menggunakan gas, panasnya akan terlalu cepat dan gulanya gosong. Pendekatan agroecology ini mengutamakan keselarasan dengan proses alam yang menghasilkan kualitas, sedangkan produksi masal memaksakan alam. Dari sini jelas bahwa dengan mendukung pangan lokal, kita juga dapat mendukung budaya dan alam sekitarnya.
Contoh lainnya adalah Beras Adan Krayan, beras organik berkualitas yang teksurnya pulen dan rasanya legit. Sesuai namanya, beras hanya tumbuh dari padi di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Proses tanam hingga panennya sangatlah alami, tidak tersentuh bahan kimia sedikitpun. Tidaklah heran di export sampai ke Eropa dan bahkan menjadi favorit Sultan Brunei.
Ada tiga jenis Beras Adan Krayan yaitu putih, merah, dan hitam yang sudah didaftarkan dalam Ark of Taste, kumpulan pangan tradisional dari seluruh dunia yang terancam punah oleh Slow Food, yayasan yang melindungii keanekagaman pangan dan Bibong aktif di cabang Slow Food Jakarta.
Potensi kearifan lokal
Tidak hanya untuk melestarikan budaya dan alam sekitar yang diwariskan turun temurun, kearifan lokal juga dapat menjadi aset yang sangat berharga dan menarik perhatian wisatawan dalam bentuk ecotourism (topik talk berikutnya). Kegiatan pembuatan gula aren ditawarkan menjadi salah satu kegiatannya, dan setelah selesai dapat menikmati hasil masakannya dan membeli produk gula aren langsung dari petani sebagai oleh-oleh.
Di masa depan kemungkinan akan ada tracking seperti Fair Trade yang menjelaskan asal usul bahan pangan, cara & siapa yang mempersiapkannya. Dan cerita ini menjadi brand differentiator yang membedakan produk tersebut seperti yang dilakukan Topiku: The World's Most Sustainable Hat.
Untuk tetap menjaga kearifan lokal di bidang pangan, kita perlu mengajak berbagai stakeholder (pemangku kepentingan) untuk ikut berpartisipasi, terutama: chef (juru masak) dan orang-orang yang mengolah pangan seperti ibu rumah tangga dan perusahaan F&B.
Gerakan Slow Food
Dimulai di Itali pada tahun 1989, Slow Food adalah gerakan global dengan tujuan menyelematkan rasa & produk tradisional di seluruh dunia. Gerakan ini terjadi untuk melawan hilangnya budaya pangan lokal melalui makanan fast food.
Slow Food melihat bahwa "Makanan cepat saji dan industri tidak hanya membahayakan kesehatan manusia, tetapi juga berkontribusi terhadap perusakan ekosistem, mata pencaharian petani kecil dan runtuhnya peternakan, stok ikan, dan spesies."
Perlu diaplikasikan metode produksi & konsumsi yang berkelanjutan, karena apabila kita hanya mengikuti kepentingan moneter dan tidak menjaga keseimbangan pengguaan sumber daya yang harmonis, akan menyebabkan runtuhnya ekosistem dan mengancam ketahanan pangan.
Ada tiga nilai utama yang dijunjung tinggi oleh Slow Food: Good, Clean & Fair, Good: Makanan ini baik untuk siapa? Tidak hanya untuk petani, tetapi juga konsumen dengan tidak menggunakan pestisida dan pupuk sintetik. Clean: Apakah bersih produk yang dihasilkan, dan Fair: Harga yang sesuai untuk petani sehingga menjadi profesi yang berkelanjutan.
Slow Food juga aktif dalam mengadakan beberapa konsep event seperti:
Earth Market (Mercado De L Tierra)
Pasar dimana para petani & komunitas Slow Food setempat (ada di Jakarta, Yogyakarta, Bali & Kalimantan) menjual produk lokal & musiman secara langsung sesuai nilai good, clean & fair. Pasar ini tidak sebatas melakukan transaksi jual beli, tetapi yang lebih penting lagi mempromosikan budaya dan tradisi setempat.
Disini terjadi berbagai kegiatan menarik dimana pengunjung dapat langsung berinteraksi dengan petani / produser, tidak seperti di supermarket yang bersifat tidak personal. Chef dan ahli makanan setempat juga hadir dan menyediakan food tasting beserta program edukas untuk publik & murid sekolah. Berikut contoh Slow Food Community Finca Vista Hermoso - Farm-to-Table Earth Market di Cuba.
Finca Vista Hermosa, lahan pertanian di desa luar Havana yang asri dan 100% organik (tanpa zat kimia), menyediakan konsep Farm-to-Table, dimana semua makanan yang dihidangkan ditanam & diternakan di tempat itu juga. Sehingga kita mendapatkan pengalaman ecotourism secara langsung, dan bahkan dapat mengikuti aktivitas seperti mengendarai kuda, menghadiri presentasi mengenai makanan setempat, dan bahkan mengikuti lomba memeras susu!
Organik tidak hanya terbatas pada makanan yang ditanam tanpa bahan kimia, tetapi secara totalitas adalah cara hidup secara alami dan berkeseimbangan. Seperti yang dijeaskan Bibong: "(Berbeda dengan gaya hidup) kalau cara hidup, kita berusaha untuk tidak merubah. Cara hidup yang sifatnya holistik, body, mind & soul. Seperti petani, 'kenapa mereka memilih hari yang baik, melakukan ritual seperti berdoa untuk suksesnya panen?', ini adalah bentuk permohonan kita kepada yang maha kuasa atas yang kita tanam dengan penuh kasih sayang dan cinta kasih, sehingga akan menghasilkan produk yang sehat buat dirinya sendiri, keluarga yang mengkonsumsinya, dan juga konsumennya. Karena itu kearifan lokal & pangan adalah dua hal yang tidak terpisahkan."
Untuk details nya, silahkan tonton video recordingnya.
Tulis komentar